Burung Kertas & Harapan Kecil
Seorang perempuan berumur
sekitar 20 tahun duduk di sebelah jendela kamarnya. Memandangi langit mendung
yang mulai mengeluarkan tetesan airnya. Seharusnya ia sedang mengantar
kepergian adiknya dan melihatnya untuk terakhir kalinya. Entah sudah berapa
orang yang membujuknya untuk keluar dari kamar. Ia mulai berpikir kenapa tidak
dirinya saja yang ada di posisi adiknya. Bayangan adiknya mulai terlihat di
pikirannya. Adik terbaik yang pernah ada…
***
Di salah satu sekolah di
Bandung di pagi hari. Pagi itu adalah hari pertama masuk SMA bagi Shania. SMA
48 itulah nama sekolahnya.
"Yaelah udah mau telat nih", ucap
Shania sambil terus berlari.
“Mana kak Beby pake ninggalin segala lagi”,
lanjutnya
Saat sedang berlari Shania menabrak seseorang dan mereka berdua pun terjatuh
"Eh, maaf ya. Lo gak apa-apa
kan?",tanya Shania
"Gak apa apa kok. oh iya lo
murid baru ya? kenalin nama gue Gabriela panggil aja Gaby. ini teman gue
namanya Ayana. nama lo siapa?", jawab Gaby sambil memperkenalkan dirinya
dan temannya
"Gue Ayana", Kata Ayana sambil
tersenyum
"Oh, gue Shania Junianatha biasa dipanggil
Shania atau Shanju " Jawab Shania sambil tersenyum
"Udah yuk kita ke lapangan bentar lagi
ospeknya mulai", ajak Gaby
"Yuk", jawab Shania dan Ayana
Mereka menuju ke
lapangan. Disana para murid baru sudah berkumpul karena ospek sudah mau mulai.
Beberapa menit kemudian ospek dimulai.
“Ospek hari ini akan
segera dimulai. Sebelum ospek dimulai mari kita berdoa menurut agama dan
keyakinan masing – masing. Berdoa mulai”, ucap seorang laki – laki yang sepertinya adalah ketua OSIS.
“pertama kami para
anggota osis akan memperkenalkan diri. Mulai dari saya. Nama saya Raihan
sebagai ketua OSIS”, ucap laki - laki tadi.
Setelah Raihan selesai
memperkenalkan diri perempuan di sebelahnya memperkenalkan dirinya. “Nama Saya Delima
Risky jabatan wakil ketua osis”, katanya sedikit jutek. “Wakil ketua OSISnya jutek
ya”, bisik Ayana ke Shania dan Gaby dan disambut anggukan mereka berdua.
***
Ospek hari pertama pun
selesai. Shania pun langsung pulang ke rumahnya menggunakan kendaraan umum.
Sesampainya di rumah mereka langsung di sambut oleh kakaknya, Ve.
"Gimana tadi ospeknya? udah dapet
temen?", tanya Ve
"Seru kak tadi ospeknya. Aku juga udah
dapet temen namanya Gaby sama Ayana", jawab Shania
"Makan dulu gih kan kamu belom sarapan
gara – gara kesiangan", kata Ve
Shania langsung mengambil makanan yang sudah
disiapkan
“Beby mana kok belum pulang? Kamu tadi gak
bareng dia?”, Tanya Ve
“Nggak”. Jawab Shania dengan singkat
Saat Shania selesai makan tiba – tiba pintu depan dibuka dengan kencang
“Braak!!”
“Kok gue ditinggal?!”,
Tanya orang yang membanting pintu tersebut
“Kirain kelas XI pulangnya belakangan.
Maaf kak”, jawab Shania
“BTW, pintunya jangan dibanting tenaga lo kan gajah ntar rusak lagi”, Canda
Shania
“Lo mau gue apain sih
Shan?!”, bentak Beby.
“Eeeeh, piss kak”, jawab
Shania sambil mengangkat 2 jarinya.
“Udah-udah jangan
berantem, sekarang Beby makan”, lerai Ve.
“Iya kak”, jawab Beby.
“Shania ke kamar ya kak”, Kata Shania
“Iya”
Sesampainya di kamar
Shania langsung mengganti baju seragam dengan baju rumah dan merebahkan
badannya di tempat tidur. Badannya terasa sangat lelah. Ia pun langsung
tertidur
***
Hari sudah gelap Beby
dan Ve sudah siap untuk makan malam.
“Beb kok Shania belom
turun ya? Coba panggil deh”, Suruh Ve kepada Beby
“Iya Kak”, jawab Beby
Beby pun segera menuju
ke kamar Shania
“Shan bangun makan gih”,
ucap Beby
“Masih ngantuk kak”, jawab
Shania yang masih setengah tertidur
“Bangun napa kebo banget
lo”, Balas Beby
“Iya deh”, jawab Shania
sambil bangun dari tempat tidur
Mereka pun menuju ke
meja makan dan langsung menyantap makanan yang sudah disiapkan. Setelah selesai
mereka menuju ke kamar masing – masing.
***
Waktu sudah menunjukan
jam 10.30 malam tapi Shania masih duduk di balkon kamarnya sambil memandang
bintang di langit. Saat sedang asyik memandang bintang tiba - tiba pintu
kamarnya terbuka. Ve pun masuk ke kamar Shania dan duduk di sebelah Shania
"Belum tidur dek?",
Kata Ve
Shania hanya menggeleng
dengan mata yang masih terus memandangi kumpulan bintang di langit. Ve yang
ucapannya hanya dijawab dengan gelengan oleh Shania akhirnya ikut memandangi langit.
Akhirnya Ve membuka pembicaraan lagi.
"Kamu kangen sama
bunda ya dek?", tanya Ve
"Iya kak, makannya
Shania mandangin langit. kan kata bunda orang yang udah meninggal bakal ada di
langit. Bunda udah ninggalin kita selama 8 tahun. Shania kangen sama bunda",
jawab Shania
"Gimana kalo besok
kita ke makam bunda. Habis kakak jemput kamu sama Beby."
"Oke. Oh iya , Ayah
kemana sih kak? udah hampir 3 bulan loh dia belum pulang ke Bandung",
tanya Shania
"Kemaren sih ayah
bilang kalo pekerjaannya lagi banyak.", jawab Ve
"oooh"
Bunda mereka memang
sudah meninggal saat Shania masih berumur 7 tahun karena sebuah penyakit yaitu
leukemia dan ayah mereka adalah seorang pengusaha sukses yang bekerja di luar
negeri tepatnya di London.
"Sekarang kamu
tidur ya. Nanti kesiangan lagi besok", Kata Ve kepada Shania
"Iya kak",
Jawab Shania sambil memperlihatkan senyumnya
Shania pun masuk
ke kamar dan merebahkan dirinya di kasur dan tertidur pulas. Sedangkan Ve masih
di balkon kamar Shania untuk memandangi langit kota Bandung. Setelah merasa
puas memandangi langit, Ve mengecek apakah Shania sudah benar benar tidur atau
belum.
"Tidur yang nyenyak
ya dek. Mimpi indah", ucap Ve sambil merapihkan selimut yang dipakai
Shania kemudian mencium kening Shania. Setelah itu ia baru keluar menuju ke
kamar Beby. Ia melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan kepada Shania.
Setelah itu ia baru menuju ke kamarnya untuk tidur.
***
Keesokan paginya, saat
itu baru pukul 5.30 tetapi Shania sudah rapih dengan seragam sekolahnya. Saat
Shania sedang memakai dasinya tiba - tiba Beby masuk. Beby juga sudah rapih
dengan seragamnya
"Udah siap lo?
kirain belom bangun", kata Beby
"Kesiangan
salah kepagian juga salah-__-. yang bener gimana?", Jawab Shania
"Nggak kok bagus
daripada lo kesiangan gue tinggal lagi. sekarang sarapan yuk kak Ve udah nunggu
tuh"
"yuk"
Mereka langsung menuju
ke ruang makan dan sarapan bersama. Selama sarapan tidak ada percakapan satu
pun. Setelah itu, Shania dan Beby berangkat ke sekolah diantar oleh Ve.
"Gimana dek udah
siap buat ospek hari keduanya?", tanya Ve kepada Shania
"Siap kok
kak", jawab Shania
Tak lama kemudian mereka sampai di SMA 48.
Shania dan Beby langsung menuju ke kelas masing – masing (Shania ke ruang
ospek) sedangkan Ve menuju ke kampus tempat ia kuliah.
Sesampainya di ruang
ospek Shania langsung disapa oleh Gaby.
“Pagi Shan”, sapa Gaby
sambil tersenyum
“Pagi juga”, balas
Shania sambil menaruh tasnya di kursi
Bel masuk berbunyi semua
murid langsung masuk ke kelas dan duduk ke kursi masing – masing dan ospek pun
di mulai.
***
Ospek hari kedua
selesai. Shania keluar dari ruang ospek bersama Gaby dan Ayana
Saat mereka sedang asyik
mengobrol dengan Gaby dan Ayana pundak Shania tiba – tiba ditepuk seseorang.
“Shan yuk pulang”, kata
orang tersebut
“Ih, kak Beby ngagetin
aja”, kata Shania
“Ya maaf, soalnya kak Ve
udah nungguin diluar”, balas Beby
“Oh iya kak, kenalin ini
temenku yang ini Gaby yang itu Ayana”, kata Shania mengenalkan kedua temannya.
“Hai kak”, kata Gaby dan
Ayana sambil tersenyum
“Hai. Shan yuk pulang”,
Kata Beby sambil tersenyum kepada Gaby dan Ayana.
Mereka segera menuju
mobil. Di dalam mobil Ve sudah menunggu mereka.
“Kak jadi kan?”, Tanya
Shania kepada Ve
“Jadi kok dek”, jawab Ve
“Kita
mau ngapain sih kak, dek?”, Tanya Beby yang tidak tau apa – apa.
“Kita
mau ke makam bunda kak”, jawab Shania
***
beberapa saat kemudian,
mereka sampai di tempat pemakaman umum tempat bunda mereka dimakamkan. Mereka
duduk di depan makam bunda mereka. Lalu mereka mengirimkan doa kepada bunda
mereka. Setelah selesai berdoa. Mereka membersihkan bunda mereka.
‘Bunda, Shania kangen
sama bunda. Bunda udah ninggalin Shania, ayah, Kak Ve dan Kak Beby 8 tahun.
Kenapa sih bunda harus ninggalin Shania waktu Shania masih kecil. Shania masih
butuh kasih sayang seorang bunda.’, kata Shania dalam hati
‘Bun, gimana disana?
Indah kan? Bunda bahagia kan disana? Beby harap bunda bahagia disamping tuhan.
Sekarang Shania udah masuk SMA bun. 1 sekolah sama Beby. Nem dia di SMP juga
memuaskan bun. Beby bangga punya adek kayak dia’, itulah kata hati Beby
“Udah yuk. Udah 30 menit
dan kita belum makan. Kita makan diluar aja ya”, kata Ve. Mereka pun pergi dari
TPU tersebut dan menuju ke salah satu restoran.
***
“Kalian mau makan apa?”,
Tanya Ve saat sudah sampai di restoran.
“aku mau steak sama
orange juice kak”, jawab Shania.
“Aku sama kayak Shania
tapi minumnya lemon tea”, kata Beby. Ve memanggil pelayan.
“Mau pesen apa kak?”,
Tanya si pelayan.
“Steak 3, orange juice
1, lemon tea 1 sama es teh manis 1”, jawab Ve. Tak lama kemudian makanan mereka
tiba. Mereka langsung memakannya. Saat sedang makan Shania merasakan sedikit
pusing di kepalanya. Tapi, ia tak menghiraukannya dan menganggapnya hanya
pusing biasa. Setelah selesai makan dan membayar makanan, mereka pulang ke rumah.
***
Setelah sampai ke rumah.
Mereka langsung menuju ke kamar masing – masing. Shania langsung mengganti
bajunya dan mendengarkan lagu dari ipodnya. Saat sedang mendengarkan lagu ia
merasakan sakit di kepalanya lagi. “Daritadi kok pusing terus sih”, kata Shania
sedikit kesal sambil memukul kepalanya. Ia mengambil obat sakit kepala yang ada
di kamarnya dan meminumnya. Ia kembali mendengarkan lagu. Membiarkan efek obat
itu bekerja.
Ia mendengar pintu
kamarnya diketuk.
“Shan”, ucap orang yang
mengetuk pintu.
“Masuk aja kak. Gak di
kunci kok”. Beby masuk ke kamar Shania.
“lagi ngapain lo?”,
Tanya Beby.
“Dengerin lagu”,
jawabnya singkat.
“lagu apa?”, Tanya Beby
lagu. Shania menunjukkan layar ipodnya ke Beby untuk menjawab pertanyaannya.
“Oh, Give Me Five”.
“Eh, kok muka lo jadi
agak pucat sih?”, Tanya Beby sedikit khawatir.
“Emang iya?”, kata
Shania. Ia memandang wajahnya di cermin. Wajahnya memang sedikit pucat tapi ia
mencoba membuat Beby tak khawatir.
“Biasa aja kok kak”, lanjutnya.
“Mungkin gue salah liat.
Udah ya gue mau tidur”, kata Beby sambil keluar dari kamar Shania. ‘ini kenapa
sih pusingnya gak hilang – hilang’ batin Shania.
Ia mencoba membiarkan
pusingnya dan membuka laptopnya. Ia log
in ke twitternya. Melihat – lihat TimeLine sebentar. Lalu, membuka tab
interactions. Ada beberapa mention masuk disitu. Dari teman – teman ospeknya
yang kebanyakan bertuliskan ‘Shan follback ya’. Ia mengfollback semuanya dan
membalas dengan kata ‘followed’. Karena merasa tidak ada yang seru di twitter ia
membuka youtube dan menutup tab twitter. Ia menonton video – video AKB48 sampai
malam.
***
“Shania ayo makan!”,
teriak Ve dari ruang makan
Shania turun ke bawah
dan langsung menuju ke meja makan.
“makan nih nasi
gorengnya”, kata Ve.
“Kok muka kamu agak
pucat sih Shan”, Tanya Ve setelah memperhatikan wajah Shania.
“Gapapa kok kak. Mungkin
cuma kecapekan”, jawab Shania. Mereka langsung memakan habis nasi gorengnya.
“Aku ke kamar ya”, kata
Shania dan bersiap untuk pergi.
“Kamu gamau ngobrol sama
kita? Kita udah lama gak ngobrol bertiga”, kata Ve. Shania pun duduk kembali.
“Gimana sekolah
kalian?”, Tanya Ve.
“Baik – baik aja kok
kak”, kata Beby.
Shania menggangguk
sambil bertanya, “Kakak sendiri gimana kuliahnya?”.
“Bagus kok”, jawab Ve.
“Apaan yang bagus?”,
Tanya Beby.
“Nilainya beb”, jawab
Ve. Beby hanya meng ‘o’ kan mulutnya.
“Kak aku ngantuk. Aku ke
kamar ya”, kata Shania dan langsung meninggalkan ruang makan.
Shania tidak langsung
tidur ia duduk di kursi di kamarnya. Ia masih merasakan sedikit pusing di
kepalanya. ‘ini kenapa sih daritadi pusing terus’, ucapnya dalam hati. Ia memijat
– mijat kepalanya agar rasa sakit itu hilang.
***
Sekitar jam 5 pagi
Shania terbangun. Baju yang ia kenakan sudah basah. Ia bingung ‘kok basah sih?
Masa keringetan kan semalem pake AC’, batinnya sambil melihat ke arah AC yang
masih menyala. Ia langsung mandi untuk menghilangkan keringat di tubuhnya
sekaligus bersiap – siap ke sekolah.
Setelah selesai mandi ia
menuju ke ruang makan untuk sarapan. Di ruang makan Beby dan Ve sudah mulai
makan. Di meja makan sudah disiapkan sereal untuk sarapan. Ia menuangkan sereal
dan susu ke dalam mangkuk lalu melahapnya. Selama sarapan tidak ada percakapan
satu pun.
“Udah selesai kan Shan.
Yuk berangkat”, kata Ve saat Shania sudah selesai makan. Mereka pun berangkat
ke sekolah. Sekitar 15 menit mereka
sudah sampai di SMA 48. Shania dan Beby segera turun dan Ve melajukan mobilnya
kembali ke arah kampusnya.
***
Ve sudah sampai di
kampusnya. Setelah memakirkan mobilnya ia menuju ke fakultas design. Diletakkan
tasnya di salah satu kursi dan ia duduk disitu. Ia teringat wajah Shania yang
pucat sejak kemarin. ‘Shania kenapa ya. Dari kemarin wajahnya pucat’, batinnya.
‘jangan – jangan dia sakit lagi’, Ve mulai berpikir negatif.
“Woy ngelamun aja lo!”,
seru seseorang sambil menepuk pundak Ve.
“Kinal! Lo ngagetin
tau”, kata Ve.
“Lagian lo ngelamun.
Entar kesambet loh”, ucap Kinal sambil meletakkan tasnya di kursi di sebelah
Ve.
“ngelamunin apa sih?”,
Tanya Kinal yang mulai penasaran.
“Shania nal. Dari
kemarin wajahnya pucat. Tapi dia bilang cuma kecapekan. Gue takut dia kenapa –
napa nal”, jawab Ve
“Baru dari kemarin kan?
Bisa aja sih dia kecapekan. Dia lagi ospek kan? Ospek kan biasanya kegiatannya
banyak. Coba lo liat sekitar 1 atau 2 minggu ke depan. Kalo dia sering pucat
baru lo tanyain dia kenapa.”, kata Kinal memberi saran
“Tapi dia anaknya
tertutup dan jarang ngasih tau apa yang lagi dia rasain. Setiap gue tanya dia
cuma bilang ‘gapapa kak’ atau ‘paling cuma kecapekan’. Dari dulu emang gitu. Dia
beda banget sama Beby yang terbuka sama gue”, kata Ve.
“Susah juga kalau kayak
gitu. Soalnya adek gue terbuka sama gue. Dia jarang nyembunyiin sesuatu. Udah
ah, dosennya udah dateng tuh”, balas Kinal sambil menunjuk dosen yang memasuki
ruangan.
***
“Beby!”, seru seorang laki – laki ke Beby.
“Apaan sih yan?”, Tanya
Beby.
“Lo punya adek ya
disini? Murid kelas X”, orang yang dipanggil “yan” balik bertanya.
“Iya. Si Shania. Emang
kenapa? Lo suka ya sama dia?”, Beby menuduh Rian. Si laki – laki tadi.
“Hah?! Enggak kok. Nanya
aja”, jawab Rian.
“Kalo suka juga gapapa
kok”, Canda Beby.
“Nggak lah. Udah ah gue
mau ke kantin”, balas Rian.
***
“Shan ikut ke kantin gak”, Tanya Gaby.
“Nggak Gab. Gue capek”, jawab Shania.
“Ya udah gue ke kantin ya. Mau nitip
gak?”, Tanya Gaby.
“Mau deh. Gue titip lemon tea”,
jawab Shania sambil memberikan uang ke Gaby.
“Kalo lo Ay. Ikut atau mau nitip
gak?”, Tanya Gaby ke Ayana.
“Nggak usah. gue bawa bekal”, jawab
Ayana sambil menunjuk ke bekalnya. Gaby pergi ke kantin. Shania menidurkan
kepalanya di meja. Ia merasa mengantuk dan akhirnya tertidur.
Shania merasa tubuhnya digoyangkan.
Ia membuka matanya dan melihat Gaby di depannya.
“Nih pesanan lo”, kata Gaby sambil
memberikan lemon tea pesanan Shania.
“Thanks Gab”, ucap Shania sambil
mengambil lemon tea dari tangan Gaby lalu meminumnya. Shania melihat ke
belakang. Ayana memakan bekalnya dengan lahap. Shania meminum habis lemon tea
nya lalu membuangnya ke tempat sampah.
“Shan, lo sakit ya? muka lo pucat
banget”, Tanya Gaby. ‘Perasaan dari kemarin orang pada bilang gue pucat padahal
gue kan gak kenapa – napa’, batin Shania
“Gue gak kenapa – napa kok”, jawab
Shania. Bel berbunyi. Para mentor pun masuk. Dan ospek dilanjutkan.
***
Sudah 30 menit dari bel pulang. Tapi,
Shania dan Beby masih duduk di halte depan sekolah untuk menunggu Ve.
“Kak, kok kak Ve lama sih”, Tanya
Shania ke Beby.
“Mana gue tau Shan”, jawab Beby.
“Mau dengerin lagu gak kak”, Tanya
Shania sambil mengeluarkan ipodnya.
“Boleh”, jawab Beby. Shania
memasukan salah satu ujung earphone ke telinganya dan memberikan ujung yang
satunya ke Beby. Beby mengambil ujung earphone dari Shania dan memasukannya ke
dalam telinganya. Shania dan Beby bernyanyi kecil.
Tak lama kemudian Ve sudah sampai di
sekolah mereka. Beby dan Shania melepaskan earphone dari telinganya dan masuk
ke dalam mobil.
“Kok lama kak?”, Tanya Shania.
“Maaf ya. Tadi ada tambahan”, jawab
Ve.
***
2 Minggu kemudian.....
Sekitar 2 minggu ini Shania sering
merasakan pusing dan juga mimisan. Mukanya juga sering pucat dan mudah lelah.
Berat badannya juga menurun drastis.
Shania sedang duduk di balkon
kamarku sambil membaca novel yang baru ia beli kemarin. Mom Is My Hero itu
judulnya. Shania mulai membacanya. Lembar demi lembar ia baca dengan seksama.
Saat sedang asyik membaca ia melihat setetes cairan merah jatuh ke novelku. Dirabanya
bagian bawah hidungnya. 'Mimisan?' Shania langsung berlari ke kamar mandi. Dibiarkannya
darah itu mengalir dari hidungknya ke wastafel.
Sekitar 15 menit mimisannya
berhenti. Tapi, Shania mulai merasakan pusing di kepalanya dan dadanya terasa
sesak. Ia duduk di tempat tidurnya. Rasa sakit yang kali ini berbeda dari
biasanya. Jauh lebih sakit dari biasanya. Ia menggenggam selimut yang ada di
sebelahnya erat – erat untuk mengurangi rasa sakit. Darah mulai keluar dari
hidungnya lagi. Ia tak kuat lagi menahannya. Penglihatannya mulai mengabur dan
semuanya menjadi gelap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar