Pages

Jumat, 16 Agustus 2013

Burung Kertas & Harapan Kecil (Fanfict JKT48) 1st part

Burung Kertas & Harapan Kecil

  



Seorang perempuan berumur sekitar 20 tahun duduk di sebelah jendela kamarnya. Memandangi langit mendung yang mulai mengeluarkan tetesan airnya. Seharusnya ia sedang mengantar kepergian adiknya dan melihatnya untuk terakhir kalinya. Entah sudah berapa orang yang membujuknya untuk keluar dari kamar. Ia mulai berpikir kenapa tidak dirinya saja yang ada di posisi adiknya. Bayangan adiknya mulai terlihat di pikirannya. Adik terbaik yang pernah ada…

***

Di salah satu sekolah di Bandung di pagi hari. Pagi itu adalah hari pertama masuk SMA bagi Shania. SMA 48 itulah nama sekolahnya.

"Yaelah udah mau telat nih", ucap Shania sambil terus berlari.
“Mana kak Beby pake ninggalin segala lagi”, lanjutnya
           
            Saat sedang berlari Shania menabrak seseorang dan mereka berdua pun terjatuh

            "Eh, maaf ya. Lo gak apa-apa kan?",tanya Shania
            "Gak apa apa kok. oh iya lo murid baru ya? kenalin nama gue Gabriela panggil aja Gaby. ini teman gue namanya Ayana. nama lo siapa?", jawab Gaby sambil memperkenalkan dirinya dan temannya
            "Gue Ayana", Kata Ayana sambil tersenyum
            "Oh, gue Shania Junianatha biasa dipanggil Shania atau Shanju " Jawab Shania sambil tersenyum
"Udah yuk kita ke lapangan bentar lagi ospeknya mulai", ajak Gaby
            "Yuk", jawab Shania dan Ayana

Mereka menuju ke lapangan. Disana para murid baru sudah berkumpul karena ospek sudah mau mulai. Beberapa menit kemudian ospek dimulai.
“Ospek hari ini akan segera dimulai. Sebelum ospek dimulai mari kita berdoa menurut agama dan keyakinan masing – masing. Berdoa mulai”, ucap seorang laki – laki yang sepertinya adalah ketua OSIS.
“pertama kami para anggota osis akan memperkenalkan diri. Mulai dari saya. Nama saya Raihan sebagai ketua OSIS”, ucap laki - laki tadi.
Setelah Raihan selesai memperkenalkan diri perempuan di sebelahnya memperkenalkan dirinya. “Nama Saya Delima Risky jabatan wakil ketua osis”, katanya sedikit jutek. “Wakil ketua OSISnya jutek ya”, bisik Ayana ke Shania dan Gaby dan disambut anggukan mereka berdua.

***

Ospek hari pertama pun selesai. Shania pun langsung pulang ke rumahnya menggunakan kendaraan umum. Sesampainya di rumah mereka langsung di sambut oleh kakaknya, Ve.

"Gimana tadi ospeknya? udah dapet temen?", tanya Ve
"Seru kak tadi ospeknya. Aku juga udah dapet temen namanya Gaby sama Ayana", jawab Shania
"Makan dulu gih kan kamu belom sarapan gara – gara kesiangan", kata Ve
Shania langsung mengambil makanan yang sudah disiapkan

“Beby mana kok belum pulang? Kamu tadi gak bareng dia?”, Tanya Ve
“Nggak”. Jawab Shania dengan singkat

            Saat Shania selesai makan tiba – tiba pintu depan dibuka dengan kencang “Braak!!”

            “Kok gue ditinggal?!”, Tanya orang yang membanting pintu tersebut
 “Kirain kelas XI pulangnya belakangan. Maaf kak”, jawab Shania
            “BTW, pintunya jangan dibanting tenaga lo kan gajah ntar rusak lagi”, Canda Shania
“Lo mau gue apain sih Shan?!”, bentak Beby.
“Eeeeh, piss kak”, jawab Shania sambil mengangkat 2 jarinya.
 “Udah-udah jangan berantem, sekarang Beby makan”, lerai Ve.
            “Iya kak”, jawab Beby.
           

            “Shania ke kamar ya kak”, Kata Shania
            “Iya”
         
Sesampainya di kamar Shania langsung mengganti baju seragam dengan baju rumah dan merebahkan badannya di tempat tidur. Badannya terasa sangat lelah. Ia pun langsung tertidur

***

Hari sudah gelap Beby dan Ve sudah siap untuk makan malam.

“Beb kok Shania belom turun ya? Coba panggil deh”, Suruh Ve kepada Beby
“Iya Kak”, jawab Beby

Beby pun segera menuju ke kamar Shania

“Shan bangun makan gih”, ucap Beby
“Masih ngantuk kak”, jawab Shania yang masih setengah tertidur
“Bangun napa kebo banget lo”, Balas Beby
“Iya deh”, jawab Shania sambil bangun dari tempat tidur

Mereka pun menuju ke meja makan dan langsung menyantap makanan yang sudah disiapkan. Setelah selesai mereka menuju ke kamar masing – masing.

***

Waktu sudah menunjukan jam 10.30 malam tapi Shania masih duduk di balkon kamarnya sambil memandang bintang di langit. Saat sedang asyik memandang bintang tiba - tiba pintu kamarnya terbuka. Ve pun masuk ke kamar Shania dan duduk di sebelah Shania

"Belum tidur dek?", Kata Ve

Shania hanya menggeleng dengan mata yang masih terus memandangi kumpulan bintang di langit. Ve yang ucapannya hanya dijawab dengan gelengan oleh Shania akhirnya ikut memandangi langit. Akhirnya Ve membuka pembicaraan lagi.

"Kamu kangen sama bunda ya dek?", tanya Ve
"Iya kak, makannya Shania mandangin langit. kan kata bunda orang yang udah meninggal bakal ada di langit. Bunda udah ninggalin kita selama 8 tahun. Shania kangen sama bunda", jawab Shania
"Gimana kalo besok kita ke makam bunda. Habis kakak jemput kamu sama Beby."
"Oke. Oh iya , Ayah kemana sih kak? udah hampir 3 bulan loh dia belum pulang ke Bandung", tanya Shania
"Kemaren sih ayah bilang kalo pekerjaannya lagi banyak.", jawab Ve
"oooh"

Bunda mereka memang sudah meninggal saat Shania masih berumur 7 tahun karena sebuah penyakit yaitu leukemia dan ayah mereka adalah seorang pengusaha sukses yang bekerja di luar negeri tepatnya di London.

"Sekarang kamu tidur ya. Nanti kesiangan lagi besok", Kata Ve kepada Shania
"Iya kak", Jawab Shania sambil memperlihatkan senyumnya

 Shania pun masuk ke kamar dan merebahkan dirinya di kasur dan tertidur pulas. Sedangkan Ve masih di balkon kamar Shania untuk memandangi langit kota Bandung. Setelah merasa puas memandangi langit, Ve mengecek apakah Shania sudah benar benar tidur atau belum.

"Tidur yang nyenyak ya dek. Mimpi indah", ucap Ve sambil merapihkan selimut yang dipakai Shania kemudian mencium kening Shania. Setelah itu ia baru keluar menuju ke kamar Beby. Ia melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan kepada Shania. Setelah itu ia baru menuju ke kamarnya untuk tidur.

***

Keesokan paginya, saat itu baru pukul 5.30 tetapi Shania sudah rapih dengan seragam sekolahnya. Saat Shania sedang memakai dasinya tiba - tiba Beby masuk. Beby juga sudah rapih dengan seragamnya

"Udah siap lo? kirain belom bangun", kata Beby
"Kesiangan salah kepagian juga salah-__-. yang bener gimana?", Jawab Shania
"Nggak kok bagus daripada lo kesiangan gue tinggal lagi. sekarang sarapan yuk kak Ve udah nunggu tuh"
"yuk"

Mereka langsung menuju ke ruang makan dan sarapan bersama. Selama sarapan tidak ada percakapan satu pun. Setelah itu, Shania dan Beby berangkat ke sekolah diantar oleh Ve.

"Gimana dek udah siap buat ospek hari keduanya?", tanya Ve kepada Shania
"Siap kok kak", jawab Shania

 Tak lama kemudian mereka sampai di SMA 48. Shania dan Beby langsung menuju ke kelas masing – masing (Shania ke ruang ospek) sedangkan Ve menuju ke kampus tempat ia kuliah.
Sesampainya di ruang ospek Shania langsung disapa oleh Gaby.
“Pagi Shan”, sapa Gaby sambil tersenyum
“Pagi juga”, balas Shania sambil menaruh tasnya di kursi

Bel masuk berbunyi semua murid langsung masuk ke kelas dan duduk ke kursi masing – masing dan ospek pun di mulai.

***

Ospek hari kedua selesai. Shania keluar dari ruang ospek bersama Gaby dan Ayana

Saat mereka sedang asyik mengobrol dengan Gaby dan Ayana pundak Shania tiba – tiba ditepuk seseorang.

“Shan yuk pulang”, kata orang tersebut
“Ih, kak Beby ngagetin aja”, kata Shania
“Ya maaf, soalnya kak Ve udah nungguin diluar”, balas Beby
“Oh iya kak, kenalin ini temenku yang ini Gaby yang itu Ayana”, kata Shania mengenalkan kedua temannya.
“Hai kak”, kata Gaby dan Ayana sambil tersenyum
“Hai. Shan yuk pulang”, Kata Beby sambil tersenyum kepada Gaby dan Ayana.
Mereka segera menuju mobil. Di dalam mobil Ve sudah menunggu mereka.
“Kak jadi kan?”, Tanya Shania kepada Ve
“Jadi kok dek”, jawab Ve
            “Kita mau ngapain sih kak, dek?”, Tanya Beby yang tidak tau apa – apa.
            “Kita mau ke makam bunda kak”, jawab Shania

***

beberapa saat kemudian, mereka sampai di tempat pemakaman umum tempat bunda mereka dimakamkan. Mereka duduk di depan makam bunda mereka. Lalu mereka mengirimkan doa kepada bunda mereka. Setelah selesai berdoa. Mereka membersihkan bunda mereka.

‘Bunda, Shania kangen sama bunda. Bunda udah ninggalin Shania, ayah, Kak Ve dan Kak Beby 8 tahun. Kenapa sih bunda harus ninggalin Shania waktu Shania masih kecil. Shania masih butuh kasih sayang seorang bunda.’, kata Shania dalam hati

‘Bun, gimana disana? Indah kan? Bunda bahagia kan disana? Beby harap bunda bahagia disamping tuhan. Sekarang Shania udah masuk SMA bun. 1 sekolah sama Beby. Nem dia di SMP juga memuaskan bun. Beby bangga punya adek kayak dia’, itulah kata hati Beby

“Udah yuk. Udah 30 menit dan kita belum makan. Kita makan diluar aja ya”, kata Ve. Mereka pun pergi dari TPU tersebut dan menuju ke salah satu restoran.

***

“Kalian mau makan apa?”, Tanya Ve saat sudah sampai di restoran.
“aku mau steak sama orange juice kak”, jawab Shania.
“Aku sama kayak Shania tapi minumnya lemon tea”, kata Beby. Ve memanggil pelayan.
“Mau pesen apa kak?”, Tanya si pelayan.
“Steak 3, orange juice 1, lemon tea 1 sama es teh manis 1”, jawab Ve. Tak lama kemudian makanan mereka tiba. Mereka langsung memakannya. Saat sedang makan Shania merasakan sedikit pusing di kepalanya. Tapi, ia tak menghiraukannya dan menganggapnya hanya pusing biasa. Setelah selesai makan dan membayar makanan, mereka pulang ke rumah.

***

Setelah sampai ke rumah. Mereka langsung menuju ke kamar masing – masing. Shania langsung mengganti bajunya dan mendengarkan lagu dari ipodnya. Saat sedang mendengarkan lagu ia merasakan sakit di kepalanya lagi. “Daritadi kok pusing terus sih”, kata Shania sedikit kesal sambil memukul kepalanya. Ia mengambil obat sakit kepala yang ada di kamarnya dan meminumnya. Ia kembali mendengarkan lagu. Membiarkan efek obat itu bekerja.

Ia mendengar pintu kamarnya diketuk.
“Shan”, ucap orang yang mengetuk pintu.
“Masuk aja kak. Gak di kunci kok”. Beby masuk ke kamar Shania.
“lagi ngapain lo?”, Tanya Beby.
“Dengerin lagu”, jawabnya singkat.
“lagu apa?”, Tanya Beby lagu. Shania menunjukkan layar ipodnya ke Beby untuk menjawab pertanyaannya.
“Oh, Give Me Five”.
“Eh, kok muka lo jadi agak pucat sih?”, Tanya Beby sedikit khawatir.
“Emang iya?”, kata Shania. Ia memandang wajahnya di cermin. Wajahnya memang sedikit pucat tapi ia mencoba membuat Beby tak khawatir.
 “Biasa aja kok kak”, lanjutnya.
“Mungkin gue salah liat. Udah ya gue mau tidur”, kata Beby sambil keluar dari kamar Shania. ‘ini kenapa sih pusingnya gak hilang – hilang’ batin Shania.
Ia mencoba membiarkan pusingnya dan membuka laptopnya.  Ia log in ke twitternya. Melihat – lihat TimeLine sebentar. Lalu, membuka tab interactions. Ada beberapa mention masuk disitu. Dari teman – teman ospeknya yang kebanyakan bertuliskan ‘Shan follback ya’. Ia mengfollback semuanya dan membalas dengan kata ‘followed’. Karena merasa tidak ada yang seru di twitter ia membuka youtube dan menutup tab twitter. Ia menonton video – video AKB48 sampai malam.

***

           
“Shania ayo makan!”, teriak Ve dari ruang makan

Shania turun ke bawah dan langsung menuju ke meja makan.
“makan nih nasi gorengnya”, kata Ve.
“Kok muka kamu agak pucat sih Shan”, Tanya Ve setelah memperhatikan wajah Shania.
“Gapapa kok kak. Mungkin cuma kecapekan”, jawab Shania. Mereka langsung memakan habis nasi gorengnya.
“Aku ke kamar ya”, kata Shania dan bersiap untuk pergi.
“Kamu gamau ngobrol sama kita? Kita udah lama gak ngobrol bertiga”, kata Ve. Shania pun duduk kembali.
“Gimana sekolah kalian?”, Tanya Ve.
“Baik – baik aja kok kak”, kata Beby.
Shania menggangguk sambil bertanya, “Kakak sendiri gimana kuliahnya?”.  
“Bagus kok”, jawab Ve.
“Apaan yang bagus?”, Tanya Beby.
“Nilainya beb”, jawab Ve. Beby hanya meng ‘o’ kan mulutnya.
“Kak aku ngantuk. Aku ke kamar ya”, kata Shania dan langsung meninggalkan ruang makan.

Shania tidak langsung tidur ia duduk di kursi di kamarnya. Ia masih merasakan sedikit pusing di kepalanya. ‘ini kenapa sih daritadi pusing terus’, ucapnya dalam hati. Ia memijat – mijat kepalanya agar rasa sakit itu hilang.

***

Sekitar jam 5 pagi Shania terbangun. Baju yang ia kenakan sudah basah. Ia bingung ‘kok basah sih? Masa keringetan kan semalem pake AC’, batinnya sambil melihat ke arah AC yang masih menyala. Ia langsung mandi untuk menghilangkan keringat di tubuhnya sekaligus bersiap – siap ke sekolah.

Setelah selesai mandi ia menuju ke ruang makan untuk sarapan. Di ruang makan Beby dan Ve sudah mulai makan. Di meja makan sudah disiapkan sereal untuk sarapan. Ia menuangkan sereal dan susu ke dalam mangkuk lalu melahapnya. Selama sarapan tidak ada percakapan satu pun.
“Udah selesai kan Shan. Yuk berangkat”, kata Ve saat Shania sudah selesai makan. Mereka pun berangkat ke sekolah.  Sekitar 15 menit mereka sudah sampai di SMA 48. Shania dan Beby segera turun dan Ve melajukan mobilnya kembali ke arah kampusnya.

***

Ve sudah sampai di kampusnya. Setelah memakirkan mobilnya ia menuju ke fakultas design. Diletakkan tasnya di salah satu kursi dan ia duduk disitu. Ia teringat wajah Shania yang pucat sejak kemarin. ‘Shania kenapa ya. Dari kemarin wajahnya pucat’, batinnya. ‘jangan – jangan dia sakit lagi’, Ve mulai berpikir negatif.
“Woy ngelamun aja lo!”, seru seseorang sambil menepuk pundak Ve.
“Kinal! Lo ngagetin tau”, kata Ve.
“Lagian lo ngelamun. Entar kesambet loh”, ucap Kinal sambil meletakkan tasnya di kursi di sebelah Ve.
“ngelamunin apa sih?”, Tanya Kinal yang mulai penasaran.
“Shania nal. Dari kemarin wajahnya pucat. Tapi dia bilang cuma kecapekan. Gue takut dia kenapa – napa nal”, jawab Ve
“Baru dari kemarin kan? Bisa aja sih dia kecapekan. Dia lagi ospek kan? Ospek kan biasanya kegiatannya banyak. Coba lo liat sekitar 1 atau 2 minggu ke depan. Kalo dia sering pucat baru lo tanyain dia kenapa.”, kata Kinal memberi saran
“Tapi dia anaknya tertutup dan jarang ngasih tau apa yang lagi dia rasain. Setiap gue tanya dia cuma bilang ‘gapapa kak’ atau ‘paling cuma kecapekan’. Dari dulu emang gitu. Dia beda banget sama Beby yang terbuka sama gue”, kata Ve.
“Susah juga kalau kayak gitu. Soalnya adek gue terbuka sama gue. Dia jarang nyembunyiin sesuatu. Udah ah, dosennya udah dateng tuh”, balas Kinal sambil menunjuk dosen yang memasuki ruangan.

***

 “Beby!”, seru seorang laki – laki ke Beby.
“Apaan sih yan?”, Tanya Beby.
“Lo punya adek ya disini? Murid kelas X”, orang yang dipanggil “yan” balik bertanya.
“Iya. Si Shania. Emang kenapa? Lo suka ya sama dia?”, Beby menuduh Rian. Si laki – laki tadi.
“Hah?! Enggak kok. Nanya aja”, jawab Rian.
“Kalo suka juga gapapa kok”, Canda Beby.
“Nggak lah. Udah ah gue mau ke kantin”, balas Rian.

***

“Shan ikut ke kantin gak”, Tanya Gaby.
“Nggak Gab. Gue capek”, jawab Shania.
“Ya udah gue ke kantin ya. Mau nitip gak?”, Tanya Gaby.
“Mau deh. Gue titip lemon tea”, jawab Shania sambil memberikan uang ke Gaby.
“Kalo lo Ay. Ikut atau mau nitip gak?”, Tanya Gaby ke Ayana.
“Nggak usah. gue bawa bekal”, jawab Ayana sambil menunjuk ke bekalnya. Gaby pergi ke kantin. Shania menidurkan kepalanya di meja. Ia merasa mengantuk dan akhirnya tertidur.

Shania merasa tubuhnya digoyangkan. Ia membuka matanya dan melihat Gaby di depannya.
“Nih pesanan lo”, kata Gaby sambil memberikan lemon tea pesanan Shania.
“Thanks Gab”, ucap Shania sambil mengambil lemon tea dari tangan Gaby lalu meminumnya. Shania melihat ke belakang. Ayana memakan bekalnya dengan lahap. Shania meminum habis lemon tea nya lalu membuangnya ke tempat sampah.
“Shan, lo sakit ya? muka lo pucat banget”, Tanya Gaby. ‘Perasaan dari kemarin orang pada bilang gue pucat padahal gue kan gak kenapa – napa’, batin Shania
“Gue gak kenapa – napa kok”, jawab Shania. Bel berbunyi. Para mentor pun masuk. Dan ospek dilanjutkan.

***

Sudah 30 menit dari bel pulang. Tapi, Shania dan Beby masih duduk di halte depan sekolah untuk menunggu Ve.
“Kak, kok kak Ve lama sih”, Tanya Shania ke Beby.
“Mana gue tau Shan”, jawab Beby.
“Mau dengerin lagu gak kak”, Tanya Shania sambil mengeluarkan ipodnya.
“Boleh”, jawab Beby. Shania memasukan salah satu ujung earphone ke telinganya dan memberikan ujung yang satunya ke Beby. Beby mengambil ujung earphone dari Shania dan memasukannya ke dalam telinganya. Shania dan Beby bernyanyi kecil.

Tak lama kemudian Ve sudah sampai di sekolah mereka. Beby dan Shania melepaskan earphone dari telinganya dan masuk ke dalam mobil.
“Kok lama kak?”, Tanya Shania.
“Maaf ya. Tadi ada tambahan”, jawab Ve.

***

2 Minggu kemudian.....

Sekitar 2 minggu ini Shania sering merasakan pusing dan juga mimisan. Mukanya juga sering pucat dan mudah lelah. Berat badannya juga menurun drastis.

Shania sedang duduk di balkon kamarku sambil membaca novel yang baru ia beli kemarin. Mom Is My Hero itu judulnya. Shania mulai membacanya. Lembar demi lembar ia baca dengan seksama. Saat sedang asyik membaca ia melihat setetes cairan merah jatuh ke novelku. Dirabanya bagian bawah hidungnya. 'Mimisan?' Shania langsung berlari ke kamar mandi. Dibiarkannya darah itu mengalir dari hidungknya ke wastafel.


Sekitar 15 menit mimisannya berhenti. Tapi, Shania mulai merasakan pusing di kepalanya dan dadanya terasa sesak. Ia duduk di tempat tidurnya. Rasa sakit yang kali ini berbeda dari biasanya. Jauh lebih sakit dari biasanya. Ia menggenggam selimut yang ada di sebelahnya erat – erat untuk mengurangi rasa sakit. Darah mulai keluar dari hidungnya lagi. Ia tak kuat lagi menahannya. Penglihatannya mulai mengabur dan semuanya menjadi gelap.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar